Indonesia masih menjadi negara tujuan yang tepat bagi investasi di sektor properti terutama di tengah-tengah krisis ekonomi global.
Harga properti per meter persegi di Asia Tenggara masih lebih murah dibandingkan Hongkong dan Jepang. Di Indonesia, apartemen yang memiliki lokasi premium di pusat kota hanya dihargai 1.381 dolar AS per meter persegi dengan keuntungan (yield) 11,4 persen
"Indonesia tidak terpengaruh krisis ekonomi global yang dipicu kasus subprime mortgages di Amerika Serikat," kata Presiden Direktur dan Chief Executive Officer (CEO) PT Bakrieland Development Tbk, Hiramsyah S Thaib dalam makalah yang bertajuk "Indonesia, the Right Property Investment Destination in this ongoing Global Crisis".
Makalah yang dibacakan Hiramsyah pada acara Kongres Pan Pacific ke-25 di Bali tanggal 27 - 30 September 2010 menyebutkan, akibat dari kasus subprime mortgages tahun 2008 membuat harga rumah jatuh, sejumlah orang kehilangan rumah tinggal, serta dampak sistemik terhadap kondisi ekonomi di negara-negara sehingga membuat sejumlah perusahaan keuangan gulung tikar.
Saat ini, dunia tengah memasuki tahap pemulihan akibat krisis ekonomi, pemerintah Amerika Serikat menerbitkan sejumlah paket stimulus, dana talangan terhadap perusahaan yang bangkrut termasuk perusahaan keuangan, serta berbagai upaya lainnya, kata Hiramsyah.
Hiramsyah mengatakan, ketika sektor properti di negara-negara Barat mengalami kesulitan, justru investasi di negara-negara Asia khususnya sektor properti justru bergairah dan penjualan sangat prospektif.
Kondisi demikian disebabkan fundamental ekonomi negara-negara Asia sangat kuat membuat investor regional dan global mencari alternatif pasar ke negara-negara ini, kata Hiramsyah.
Hiramsyah menjelaskan, investasi di negara-negara Asia masih sangat menarik karena harganya yang murah serta banyak pilihan yang menjanjikan.
Hiramsyah menunjuk Hongkong dan Singapura yang harga propertinya masih dianggap rendah dan memiliki peluang untuk berinvestasi. Kedua negara ini awalnya diprediksi akan terkena imbas dari krisis ekonomi terlihat dari investasi asing yang banyak ke luar dari negara ini, tetapi kenyataannya sektor properti justru naik sangat tajam.
Hiramsyah mengatakan, apabila melihat sasaran investasi di sektor properti Asia Tenggara masih dalam daftar teratas di kalangan investor.
"Harga properti per meter persegi di Asia Tenggara masih lebih murah dibandingkan Hongkong dan Jepang. Seperti di Indonesia, apartemen yang memiliki lokasi premium di pusat kota hanya dihargai 1.381 dolar AS per meter persegi dengan keuntungan (yield) 11,4 persen tertinggi di kawasan ini," kata Hiramsyah.
Hiramsyah mengatakan, angka-angka tersebut menunjukkan hasil dan keuntungan bagi investor yang menanamkan modalnya di sektor properti di Indonesia, bahkan di kalangan negara Asia sektor properti di Indonesia sangat menjanjikan.
Hiramsyah juga mengungkapkan, di tengah-tengah perusahaan lain berusaha keluar dari krisis ekonomi, Indonesia justru tidak terpengaruh dari dampak tersebut. Hal ini karena pasar properti primer di Indonesia lebih banyak dari domestik, serta baru sedikit sekali berasal dari asing.
Saat ini investor dari sejumlah negara Asia seperti Jepang, India, dan Singapura telah menyatakan minatnya untuk membeli pasar perumahan realestat di Indonesia.
Hiramsyah mengatakan, dalam jangka panjang kondisi ekonomi dan sosial politik di Indonesia lebih stabil, suku bungan Bank Indonesia terus mengalami penurunan sehingga membuat suku bunga kredit di sektor properti juga mengalami penurunan.
"Menguatnya rupiah terhadap dolar AS juga menunjukkan ekonomi yang positif ke depannya, serta diharapkan ekonomi Indonesia dapat tumbuh sebesar enam persen per tahun," ujarnya.
Berdasarkan laporan properti Asia, pasar sektor real estat di Indonesia naik 12 persen mencapai 5 miliar dolar AS selama pertengahan tahun 2010 dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Bahkan survei dari Pusat Studi Properti Indonesia (PSPI) memperkirakan pasar properti dapat tumbuh 15 persen pada tahun 2010, jelas Hiramsyah.
Data juga menunjukkan sektor properti dan konstruksi di Indonesia memberikan kontribusi 9,3 persen terhadap PDB, serta menyumbang 73 persen terhadap total investasi di Indonesia.
Kemudian data Bank Indonesia pada kuartal kedua tahun 2010 pinjaman di sektor properti melalui perbankan nasional mencapai Rp224,7 triliun atau naik 12,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Kredit rumah dan apartemen naik dari 57 persen menjadi 59 persen.
Pemerintah Indonesia juga sangat mendukung penyediaan rumah bagi masyarakatnya melalui PP No. 41 Tahun 1996, serta hal ini didukung kalangan perbank yang sejauh ini memiliki rasio keuangan yang sangat bagus.
[Sumber: http://properti.kompas.com/index.php/read/2010/09/28/16050493/Indonesia.Negara.Tujuan.Tepat.Investasi.Properti]
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Pengen punya rumah sendiri? kini bukan hal yang susah. klik DISINI semua jadi mudah !!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar