Kegagalan industri real estate pada 2008 lalu, membuat para investor di Negara Arab kini hanya bisa duduk termangu.Tak terbilang lagi berapa banyak proyek terbengkalai di tengah gurun pasir yang gersang.
Ashraf Hamdan,pria asal Yordania,adalah salah seorang investor yang merasakan bagaimana industri properti telah membuatnya seperti kehilangan gairah berbisnis. Padahal,properti adalah bisnis yang sudah digeluti keluarganya secara turun menurun. Dia sendiri baru memulai bisnis di bidang pada 2006 silam. Saat itu,Hamdan berinvestasi di pasar real estate Dubai dengan mengelola beberapa tempat penyewaan rumah sederhana.
Beberapa tahun kemudian,dia memulai proyek besar seiring tumbuhnya pasar properti mewah yang merajai pasar.Namun apa daya,krisis keuangan global tiga tahun silam membuat bisnisnya turut terimbas. "Ini adalah pelajaran yang sangat mahal bagi investor real estate,"ujar Hamdan seperti dikutip Reuters. Meski merasa terpukul dengan krisis yang sudah berlalu, menurutnya real estate adalah investasi yang nyata berdasarkan perspektif Islam.
Hal itulah yang membuatnya begitu tertarik terjun di dunia properti. "Saya hanya ingin menjadi lebih cerdas dengan cara-cara alternatif,untuk masuk ke pasar masa depan,"ujar Hamdan. Ketertarikan Hamdan dan investor lainnya dalam bisnis properti tampaknya akan segera mendapat tempat.Barubaru ini sejumlah perusahaan properti di Timur Tengah meluncurkan investasi yang dinamakan Real Estate Investment Trusts (REITs).
Instrumen ini berupa surat berharga yang dibeli dari perusahaan properti yang memiliki sejumlah portofolio. REITs yang ditawarkan di Tanah Arab ini berbasis syariah. Perusahaan yang menerbitkannya menawarkan kesempatan memiliki saham dalam aset portofolio real estate dengan dividen yang dibayarkan stabil dari perolehan laba atas aset.
Kelebihan inilah yang diperkirakan bisa menarik investor seperti Hamdan kembali ke real estate. REITs Syariah sangat berbeda dari investasi sejenis lainnya.Instrumen ini melarang investasi di sejumlah aset yang menggunakan skema bunga bank.Seperti instrumen syariah lainnya,REITs Syariah juga melarang bisnis dalam industri-industri terlarang seperti perjudian,alkohol, dan hiburan untuk kalangan dewasa.
Selain menyediakan alternatif investasi di industri keuangan syariah Negara Teluk, REITs Syariah juga bisa mendorong adanya regulasi lebih transparan pada sektor properti dari gangguan ekspektasi hasil yang tidak realistis, bahkan transaksi yang terkadang tidak jelas. "Selama dua atau tiga tahun terakhir,orang-orang hanya berpaku pada tunai dan lainnya,"ujar Daniel Diembers, analis dari Booz & Company Dubai.
Menurutnya, gelembung properti Dubai sangat membantu pasar (properti) menjadi lebih matang.Saat ini, kata dia,adalah momentum dalam menempatkan dana dalam berinvestasi kembali. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan Ernst & Young tahun lalu,secara global,kapitalisasi pasar REITs telah mencapai USD570 miliar pada akhir 2009.Dari jumlah tersebut, kontribusi REITs berbasis syariah masih terbilang minim karena didominasi REITs konvensional.
Baru-baru ini salah satu perusahaan real estate Malaysia, Axis Global Industrial, berencana mengeluarkan penawaran umum perdana (IPO) dengan aset sebesar USD1,05 miliar dan menjadikannya sebagai REITs berbasis syariah terbesar di dunia.Sebelumnya, REITs berbasis syariah telah diluncurkan di Bahrain dan Kuwait,namun dalam jumlah yang relatif kecil yaitu kurang dari USD95 juta masingmasing dari,Inovest Bahrain dan Al Mahrab Tower Kuwait.
Sementara REITs Emirates, yang diluncurkan dengan modal berbasis syariah dari Dubai Islamic Bank pada November lalu ini,ditujukan bagi para investor berpenghasilan rendah dan penawaran hasil sebesar 6–8% setiap tahunnya. "Ada kedisiplinan dan transparansi yang hadir dengan REITs yang telah ditetapkan," ujar Mark Inch,Direktur Eiffel Holding dan pemegang saham REITs Emirates." Bangunan tidak hanya dikelola, tetapi manajemen keuangan harus benar-benar transparan.Ini adalah prasyarat dari kembalinya kepercayaan," tambahnya.
Inch juga mengatakan bahwa REITs Emirates memiliki 40 kesepakatan yang dilaporkan berkisar 40 juta–500 juta dirham dan akan sepenuhnya beroperasi di musim panas mendatang.Begitu juga dengan IPO yang direncanakan dalam waktu 18 bulan hingga dua tahun ke depan setelah berhasil memegang aset sebesar 1,5 miliar dirham
Sumber : www.seputar-indonesia.com
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar