BEKASI, Rekayasa dan industri bangunan telah menyumbang kerusakan lingkungan cukup signifikan. Untuk menguranginya, perlu kesadaran beralih pada produk-produk material bangunan yang ramah lingkungan.
"Perusakan ekologi dimulai sejak tahap konstruksi, penggunaan material besar-besaran secara ilegal, hingga operasional bangunan modern memproduksi racun, karbon, dan limbah yang terabaikan pemeliharaannya," kata Anton Ginting, Direktur Program Bumi Hijau Mortar Utama (BHMU), kepada wartawan di Bekasi, Rabu (15/6/2011).
Anton mengatakan, potensi kerusakan ini dapat dikurangi apabila para pelaku konstruksi dan profesi yang terkait di dalamnya memegang komitmen pada konsep arsitektur hijau.
"Arsitek sebagai pelaku aktif industri, juga para pelaku konstruksi, memiliki tanggung jawab moral untuk turut serta mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Caranya dengan menolak tarikan pasar dan membuat inovasi serta kreativitas dalam perancangan tanpa merusak lingkungan," ujarnya.
Terkait produk ramah lingkungan dan program pembangunan berkelanjutan, Anton mengatakan, pihaknya yang tergabung dalam Green Building Council Indonesia (GBCI) mengeluarkan produk semen instan Mortar Utama (MU) yang merupakan bahan bangunan berupa adukan semen siap pakai berbahan dasar pasir pilihan, semen, filler, dan additive.
"Semen adalah material kedua yang dipakai setelah air. Industri semen berkontribusi terhadap gas buang karena semakin banyak semen akan semakin banyak polusi. Namun, produk ini lebih ramah lingkungan dengan efisiensi dalam penggunaan air, energi, dan material bangunan," kata Anton.
"Lebih irit dan hemat waktu karena menggunakan teknologi yang mendukung cara kerja lebih hijau," tambahnya.
Sumber : www.properti.kompas.com/Lebih.Hijau.dengan.Semen.Ramah.Lingkungan
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar