Oleh Ridwan Kamil, arsitek terkemuka Indonesia saat ini, pakem itu diterapkan dengan sangat baik pada rumah pribadinya yang diselesaikan pada 2007. Terletak di kawasan atas Kota Bandung, tepatnya di Cigadung Selatan, rumah Ridwan yang dijuluki Rumah Botol itu sungguh nyaman, indah, bahkan sangat hijau dan unik. Hijau?
Memang, di tengah isu soal green attitude saat ini, rumah Ridwan sangat cinta lingkungan. Hal terpenting adalah sirkulasi udara yang sangat baik terjadi di sana, juga pemakaian cahaya alami yang sangat efisien.
Namun, soal hijau lain yang sekaligus menjadikan rumah itu unik adalah pemakaian 30.000 (ya, tiga puluh ribu buah) botol bekas minuman energi sebagai elemen estetika utama. Pemakaian botol bekas itu selain mengurangi limbah yang tak mudah terurai, juga menghasilkan estetika bangunan yang luar biasa.
Unik dan indah
Kalau Anda sudah sampai di kawasan Jalan Tubagus Ismail, Bandung, lalu Anda bertanya kepada tukang ojek mana pun soal Rumah Botol, Anda dengan mudah akan mencapainya.
"Julukan Rumah Botol memang julukan rumah saya. Dari depan pun sudah tampak, bahwa dinding ruang tamu sepenuhnya terbuat dari susunan botol," kata Ridwan sambil mengusap botol-botol itu.
Selanjutnya ia menyambung, "Bayangkan, betapa ribuan cerita tersimpan di dalam botol-botol ini. Mungkin, salah satu bekas Anda bukan? Atau bekas artis terkenal, bekas tukang becak, atau bahkan bekas dipakai orang penting lain. Tiap botol pasti punya kisah menarik."
Permainan cahaya
Umumnya orang yang belum melihat rumahnya secara langsung atau setidaknya belum melihat foto rumahnya, tentu yang terbayangkan tentang rumah Ridwan Kamil adalah bentuk aneh dan tak wajar. Maklum, tumpukan botol bekas umumnya menimbulkan bayangan akan sampah yang tak karuan bentuknya.
Namun, rumah Ridwan sungguh rumah yang indah secara umum, bahkan terpuji secara arsitektur modern. Rumah itu mendapatkan penghargaan Green Design Award 2009 dari Building Construction Information Asia, menyisihkan delapan puluh peserta lain dari delapan negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Hongkong, dan China.
Botol-botol bekas minuman energi itu ditata Ridwan dengan pembingkaian batang besi sehingga menghasilkan sebuah jajaran merata yang brwarna coklat. Di sisi rumah yang lain, jajaran botol itu dibagi-bagi lagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil. Yang mungkin membuat Anda sama sekali tak percaya, rumah itu tak punya gambar rancangan apa pun selayaknya karya seorang arsitek.
"Rumah ini dibangun dengan perintah lisan saja," kata Ridwan.
Bagi Ridwan, rumah pribadi harus sesuai dengan keinginan pribadi.
"Maka, saya rancang sambil jalan. Saya selesaikan satu blok demi satu blok tergantung dana yang ada. Kalau ada dana lagi, baru bagian lain dibuat. Rancangan bukan berdasarkan gambar, tetapi berdasarkan perasaan saja," katanya.
Bahkan, pemakaian 30.000 botol bekas pun datang dari ide yang mengalir saat pembangunan berlangsung, bukan sejak awal.
"Saya perhatikan, ada tumpukan botol bekas minuman energi yang diminum para tukang. Kena cahaya sore, timbul pendaran yang indah. Saya lalu terpikir untuk memakai botol-botol itu sebagai elemen estetika rumah saya," katanya.
Kemudian, selama enam bulan penyelesaian rumah itu tertunda karena perlu sekitar 30.000 botol yang dikumpulkan dari seluruh pemulung yang bisa dijumpai Ridwan di Jawa Barat. Harga per botolnya memang hanya Rp 50, tetapi mencari botol bekas begitu banyak memang perlu waktu tak sedikit.
Ruang bioskop
Pendekatan pribadi terpenting dari Rumah Botol adalah adanya sebuah "ruang bioskop" di dalamnya. Di ruang itu, Ridwan senang berbagi cerita atau memutar film bersama sahabat-sahabatnya.
"Ruang bioskop" itu semata sebuah ruang terbuka yang merupakan perbatasan antara bangunan ruang tamu dan ruang keluarga. Sebagai tempat duduk, tangga yang ada termanfaatkan dengan baik, bahkan telah dirancang "kursi" untuk orang gemuk dan kursi untuk orang yang ukuran tubuhnya normal.
Sisi layar adalah dinding belakang ruang tamu. Sebuah multifungsi yang cerdas. Selain itu, Ridwan juga memakai jasa pelukis lokal, Ian Mulyana (almarhum), untuk memberi imbangan pada elemen-elemen permanen yang ada.
"Di antara batu dan logam, lukisan-lukisan Ian Mulyana yang saya pesan khusus memberi aksen dan penegasan pada aliran rancangan," katanya sambil menggerakkkan tangannya mengikuti pola lantai dari batu menuju tangga, lalu pintu, dan berakhir di lukisan Ian yang bercorak abstrak dengan tiga bulatan di dalamnya.
Ridwan bahkan mengecat sendiri dinding kamar anaknya demi keselarasan semua elemen desain yang dibuatnya.
"Bagi saya, rumah ini sangat mewakili segenap pikiran dan proses hidup saya," katanya.
Sumber : www.properti.kompas.com/Rumah.Botol.Ridwan.Rumah.dari.30.000.Botol.
Cari Rumah ?? Gak perlu 123, Hanya KITA Ahlinya :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar