Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, tingkat okupansi hotel di Jakarta hanya 0,45% menjadi 65,18% di kuartal satu tahun ini. Sementara itu, kawasan Bodetabek mengalami penambahan 10% menjadi 76%.
"Kenaikan hunian hotel ini didongkrak oleh banyaknya permintaan kamar hotel untuk kegiatan bisnis, meeting, dan konferensi sebagai alternatif kegiatan bisnis di luar Jakarta yang cukup padat," tulis Manager Research and Consultancy Coldwell Banker Indonesia Meyriana Kesuma dalam risetnya.
Permintaan untuk hotel berbintang, masih didominasi oleh perusahaan dan pemerintahan. Sementara itu, rendahnya permintaan okupansi hotel di Jakarta disebabkan oleh perbaikan sebagian hotel berbintang lima. Sebagian bahkan melakukan pergantian operator.
Di sisi lain, tarif sewa hotel sudah mengalami kenaikan yang signifikan. Coldwell Banker mencatat, kenaikan tarif rata-rata di Jakarta sebesar 8,8% sepanjang kuartal satu, menjadi Rp 1.140.000 per malam. Kenaikan tarif hotel paling tajam dialami oleh hotel bintang lima sebesar 13% menjadi Rp 1.700.000 per malam, selanjutnya diikuti oleh bintang 3 sebesar 7,2% menjadi Rp 720.000, dan bintang 4 sebesar 5,8% menjadi Rp 1.039.000.
Menurut Meyriana, selain karena meningkatnya permintaan, faktor lain yang ikut mendongkrak naiknya harga sewa adalah isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
"Peningkatan tarif sewa adalah bentuk antisipasi pihak manajemen," ujar Meyriana lagi.Sumber : www.properti.kompas.com//Hotel.di.Pinggiran.Jakarta.Lebih.Laris.
Cari rumah Propertykita ahlinya...!!
Cari rumah dijual yang aman nyaman asri dan siap huni..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar