JAKARTA, Pasar ritel di Jakarta pada tahun 2012 diprediksi akan berjalan melambat. Salah satu penyebab adalah peraturan pemerintah daerah DKI tentang moratorium pembangunan pusat perbelanjaan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo, dalam acara "Jakarta Property Market Outlook 2012" di Jakarta, Selasa (13/12/2011).
"Meski ada moratorium, sebenarnya perkembangan pusat perbelanjaan di CBD Jakarta sudah cukup banyak," kata Arief.
Arief menambahkan, idealnya, pusat perbelanjaan di kawasan CBD harus memperhatikan jumlah populasi. "Di kawasan CBD sudah terbatas kalau mau mendirikan pusat perbelanjaan. Beda dengan daerah luar CBD seperti di Serpong," ujarnya.
Untuk membangun pusat perbelanjaan baru, kata Arief, pengembang harus hati-hati karena bisa jadi tidak laku lantaran masih banyak penawawaran (supply).
"Ini disambut dengan peraturan pemerintah daerah dengan mengeluarkan moratorium untuk pusat perbelanjaan," jelas Arief.
Namun, kata Arief, peraturan moratorium sendiri perlu digali lebih lanjut. Menurutnya, peraturan pemerintah terkadang implementasinya lama, inkonsistensi, dan belum jelas. "Kalau supply habis apakah benar-benar nanti tidak boleh lagi dibangun itu yang masih perlu dipertanyakan," kata dia.
Tren pergeseran ritel
Arief mengatakan, saat ini di pasar ritel telah terjadi tren pergeseran yang berkembang di kota-kota baru (township). "Pengembang sekarang tertarik mengembangkan pusat perbelanjaan di township dengan populasi yang jelas," katanya.
Tren ritel berkembang seperti di kawasan BSD City, Summarecon, dan Alam Sutera dibandingkan di kawasan CBD Jakarta.
"Di kawasan permukiman ini terjadi peningkatan populasi dari kelas menengah ke menengah atas," ujar Arief.
Sumber : www.properti.kompas.com/2012.Pasar.Ritel.Tumbuh.Melambat.
Hal tersebut diungkapkan oleh Head of Research and Advisory Cushman and Wakefield Indonesia Arief Rahardjo, dalam acara "Jakarta Property Market Outlook 2012" di Jakarta, Selasa (13/12/2011).
"Meski ada moratorium, sebenarnya perkembangan pusat perbelanjaan di CBD Jakarta sudah cukup banyak," kata Arief.
Arief menambahkan, idealnya, pusat perbelanjaan di kawasan CBD harus memperhatikan jumlah populasi. "Di kawasan CBD sudah terbatas kalau mau mendirikan pusat perbelanjaan. Beda dengan daerah luar CBD seperti di Serpong," ujarnya.
Untuk membangun pusat perbelanjaan baru, kata Arief, pengembang harus hati-hati karena bisa jadi tidak laku lantaran masih banyak penawawaran (supply).
"Ini disambut dengan peraturan pemerintah daerah dengan mengeluarkan moratorium untuk pusat perbelanjaan," jelas Arief.
Namun, kata Arief, peraturan moratorium sendiri perlu digali lebih lanjut. Menurutnya, peraturan pemerintah terkadang implementasinya lama, inkonsistensi, dan belum jelas. "Kalau supply habis apakah benar-benar nanti tidak boleh lagi dibangun itu yang masih perlu dipertanyakan," kata dia.
Tren pergeseran ritel
Arief mengatakan, saat ini di pasar ritel telah terjadi tren pergeseran yang berkembang di kota-kota baru (township). "Pengembang sekarang tertarik mengembangkan pusat perbelanjaan di township dengan populasi yang jelas," katanya.
Tren ritel berkembang seperti di kawasan BSD City, Summarecon, dan Alam Sutera dibandingkan di kawasan CBD Jakarta.
"Di kawasan permukiman ini terjadi peningkatan populasi dari kelas menengah ke menengah atas," ujar Arief.
Sumber : www.properti.kompas.com/2012.Pasar.Ritel.Tumbuh.Melambat.
Cari rumah..?? Propertykita Lebih banyak pilihanya...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar